Patroli Gabungan Koramil 02/TB Kodim 0503/JB Pastikan Tambora Kondusif

Patroli Gabungan Koramil 02/TB Kodim 0503/JB Pastikan Tambora Kondusif

Kodam Jaya, Jakarta Barat – Koramil 02/Tambora Kodim 0503/Jakarta Barat melaksanakan patroli malam dalam rangka mengantisipasi terjadinya tawuran dan balapan liar di wilayah binaan pada Selasa malam (16/9/2025).

Patroli yang dipimpin oleh Serma H. Doddy ini melibatkan kekuatan 12 personel gabungan yang terdiri dari Babinsa, Wanra, Mitra Jaya, FKPPI, dan FBR. Rute patroli dimulai dari Markas Koramil 02/Tambora pada pukul 22.00 WIB dan menyusuri sejumlah titik rawan tawuran di wilayah Kecamatan Tambora.

Adapun titik yang menjadi fokus patroli antara lain Pasar Pagi Roa Malaka, Jalan Perniagaan Raya, Pos Pantau Koramil 02/TB, hingga kawasan Jalan Kali Besar Barat. Dalam setiap checkpoint, personel melakukan pemantauan situasi sekaligus berkoordinasi dengan masyarakat sekitar untuk memastikan kondisi tetap aman dan kondusif.

Serma H. Doddy menegaskan bahwa kegiatan patroli rutin ini merupakan bentuk komitmen TNI dalam menjaga keamanan wilayah bersama masyarakat. “Kami hadir untuk memberikan rasa aman sekaligus mencegah potensi tawuran maupun balapan liar yang kerap meresahkan warga. Sinergi antara aparat dan masyarakat sangat penting dalam menjaga kondusivitas lingkungan,” ujarnya.

Hingga patroli berakhir pada pukul 23.30 WIB, situasi wilayah Tambora terpantau aman dan kondusif tanpa adanya kejadian menonjol. Kehadiran aparat di lapangan diharapkan dapat memberikan efek pencegahan sekaligus meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap TNI. (Pendim 0503/JB) 

Koramil 02/TB Kodim 0503/JB Ajak Warga Jembatan Lima Tingkatkan Siskamling Demi Kondusivitas Lingkungan

Koramil 02/TB Kodim 0503/JB Ajak Warga Jembatan Lima Tingkatkan Siskamling Demi Kondusivitas Lingkungan

Kodam Jaya, Jakarta Barat – Dalam rangka menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan, Babinsa Koramil 02/Tambora Kodim 0503/Jakarta Barat, Serka Sadikin Yp, melaksanakan kegiatan Sistem Keamanan Lingkungan (Siskamling) atau Pam Swakarsa bersama warga di wilayah Kelurahan Jembatan Lima, Kecamatan Tambora, pada Selasa malam (16/9/2025).

Kegiatan yang berlangsung di depan Kantor Sekretariat RW 04, Jalan Terate Raya RT 011/04, dihadiri oleh Linmas setempat, Bapak Sapaat dan Bapak Wahyu, serta warga RW 04 yang tengah melaksanakan jaga malam.

Dalam kesempatan tersebut, Serka Sadikin memberikan himbauan kepada petugas ronda untuk terus meningkatkan kewaspadaan dalam menjaga lingkungan. Ia menekankan pentingnya kerja sama serta penggunaan alat bantu komunikasi dan perlengkapan sederhana seperti pentungan sebagai bentuk kesiapsiagaan.

“Laksanakan kontrol keliling setiap dua jam sekali secara bergantian. Jika ada hal mencurigakan, segera berkoordinasi dengan rekan jaga, pengurus RT/RW, maupun aparat Babinsa dan Bimas. Jangan bertindak sendiri,” tegas Serka Sadikin.

Selain itu, Babinsa juga mengingatkan agar para petugas ronda senantiasa menjaga kesehatan tubuh agar tetap fit dalam menjalankan tugas pengamanan lingkungan.

Kegiatan siskamling malam itu berjalan aman, lancar, dan kondusif. Kehadiran Babinsa Koramil 02/TB di tengah warga diharapkan mampu meningkatkan sinergi antara aparat TNI dan masyarakat dalam menjaga keamanan serta menciptakan lingkungan yang damai di wilayah Tambora.

(Pendim 0503/JB) 

Koramil 02/TB Kodim 0503/JB Jamin Kenyamanan Warga: Tidak Ada Genangan, Tidak Ada Pohon Tumbang

Koramil 02/TB Kodim 0503/JB Jamin Kenyamanan Warga: Tidak Ada Genangan, Tidak Ada Pohon Tumbang

Kodam Jaya, Jakarta Barat – Personel Koramil 02/Tambora, Kodim 0503/Jakarta Barat, terus menunjukkan kesiapsiagaannya dalam memantau kondisi wilayah di musim penghujan. Hasil patroli dan pemantauan dini hari, Rabu (17/9/2025) pukul 02.00 WIB hingga selesai, memastikan seluruh kelurahan di Kecamatan Tambora dalam keadaan aman dari genangan air maupun banjir.

Sebelas kelurahan yang menjadi wilayah teritorial Koramil 02/Tambora—mulai dari Kelurahan Roa Malaka, Kalianyar, Duri Selatan, Pekojan, Krendang, Duri Utara, Tambora, Tanah Sereal, Angke, Jembatan Besi, hingga Jembatan Lima—dipastikan nihil genangan air.

Selain itu, tidak ditemukan adanya kejadian pohon tumbang maupun hambatan lain yang berpotensi mengganggu aktivitas masyarakat.

Danramil 02/Tambora menyampaikan bahwa laporan rutin ini merupakan bentuk komitmen TNI AD dalam mendukung pemerintah daerah untuk menjaga keamanan dan kenyamanan warga.

“Pemantauan secara rutin kami lakukan sebagai langkah antisipasi dini. Syukur alhamdulillah, wilayah Tambora terpantau aman dari banjir maupun bencana lainnya,” ujarnya.

Kegiatan pemantauan ini juga sejalan dengan instruksi Kodim 0503/Jakarta Barat agar jajaran Koramil senantiasa hadir di tengah masyarakat, khususnya dalam upaya tanggap darurat bencana.

Dengan adanya laporan ini, masyarakat Tambora diharapkan semakin merasa tenang dan terlindungi, karena aparat teritorial TNI selalu siap siaga menjaga keamanan dan kenyamanan lingkungan.

(Pendim 0503/JB) 

Filosofi Barisan Bebek, Bukan Barisan Nama, Satrisme: Melawan Kultus Figur Dengan Sistem Yang Memuliakan Rakyat Marjinal

Filosofi Barisan Bebek, Bukan Barisan Nama, Satrisme: Melawan Kultus Figur Dengan Sistem Yang Memuliakan Rakyat Marjinal

Jogjakarta, penaxpose.com - Di hamparan pematang basah Rawa Bebek, kawanan bebek bergerak silih berganti memimpin barisan: hari ini bebek A berada di depan, esok digantikan bebek B, lusa tampak bebek C mengambil alih. Namun, meski pemimpin berganti, barisan tetap tiba bersama di tujuan.

Dari pemandangan sederhana itu, rakyat yang lama digencet bisa belajar satu hal: hasil yang baik lahir dari formasi yang benar, bukan dari nama yang dielu-elukan. Filsuf Yunani, Aristoteles, pernah menegaskan bahwa lebih pantas hukum yang memerintah ketimbang manusia mana pun. Kalimat itu menjadi penegasan arah: rule of law bukan rule of man. Itulah napas Satrisme-gerak menegakkan sistem yang adil, bukan menyerahkan nasib pada silsilah.

Saya menulis bukan untuk memanjakan telinga elit, melainkan untuk kawan-kawan buruh, nelayan, petani, pedagang kecil, pengemudi ojek, ibu-ibu yang antre di puskesmas, hingga anak muda yang gelisah melihat masa depan tersumbat dinasti.

Penolakan kita bukan pada nama seseorang, melainkan pada penyembahan terhadap nama. Ketika kebijakan ditarik oleh silsilah, negara kehilangan akal sehat. Hukum pun berubah menjadi kostum: dipakai bila menguntungkan, disimpan bila menghalangi. Pola semacam ini harus segera diakhiri.

Kita harus mengganti kiblat. Pertanyaan mendasar bukan siapa yang memimpin, melainkan bagaimana sistem itu bekerja untuk memimpin. Pemimpin sejati adalah mereka yang membangun sistem sehingga dirinya mudah digantikan tanpa mengguncang hasil. Seperti kawanan bebek di pematang: yang di depan hanya memecah angin secukupnya, lalu bergeser. Tidak ada pemujaan individu-yang diagungkan adalah formasi.

Dalam kehidupan bernegara, formasi itu bernama konstitusi, institusi, dan budaya taat hukum. Di dalamnya ada pemisahan serta pengimbangan kekuasaan, ada proses yang bisa dilacak, diprotes, dan diperbaiki. Filsuf John Rawls pernah mengingatkan, keadilan adalah kebajikan pertama institusi. Sebab bila institusinya busuk, kisah tentang pemimpin baik di atasnya akan cepat berubah menjadi dongeng pahit.

Dari Sistem ke Piring Nasi

Ini bukan sekadar diskusi seminar. Yang dibicarakan adalah beras di piring dan tenang di dada.

Pertama, kepastian aturan mampu menurunkan biaya-biaya kecil yang selama ini membuat usaha rakyat megap-megap.

Kedua, impersonalitas kebijakan-ketika data dan norma lebih berkuasa daripada telepon pribadi-mampu menekan korupsi dan mempercepat antrean layanan publik.

Ketiga, mekanisme checks and balances dapat menghentikan pemborosan yang sering berkamuflase sebagai “proyek.”

Keempat, transparansi dan akuntabilitas menyembuhkan rasa curiga, membuat partisipasi warga bukan lagi bahan olok-olok.

Inilah Satrisme: turun dari langit gagasan ke tanah kenyataan. Sistem yang jernih bukan kemewahan, melainkan kebutuhan pokok-setara dengan air bagi kehidupan.

Kita Melawan, dengan Cara yang Bermartabat

Perlawanan ini bukan amuk sesaat yang cepat padam, melainkan disiplin panjang yang terus menyala. Kita melawan dengan formasi-barisan rapi yang membuat oligarki kehilangan ruang gelapnya.

Ada empat paku Satrisme yang dipegang, dan diajak untuk bersama-sama dijaga:

1. Berpihak pada rakyat. Kebijakan diuji oleh mereka yang paling terdampak, bukan yang paling berkuasa.

2. Menjunjung jalur hukum. Prosedur adalah pagar, bukan belenggu; ia melindungi yang lemah dari tangan yang gatal.

3. Keberanian jujur dan bertanggung jawab. Berani menolak konflik kepentingan, berani diaudit, dan berani meralat tanpa gengsi.

4. Anti-kekerasan dan anti-anarki. Jalan yang ditempuh adalah jalan tertib, sebab amuk hanya akan mematahkan barisan yang sedang dijaga.

Filsuf politik Hannah Arendt pernah menegaskan, kekuasaan adalah kemampuan bertindak bersama. Kekerasan hanyalah pengganti murahan ketika kekuatan bersama hilang. Karena itu, yang kita bangun adalah kekuatan kolektif-bukan kultus, bukan bendera keluarga, melainkan formasi.

Satrisme Nyata: Jalan ke Keadilan Sosial, Ekonomi, dan Hukum

Satrisme tidak berhenti pada semboyan. Ia memusatkan pandangan pada keadilan-bukan kehendak siapa pun, melainkan tertib yang memuliakan semua orang. Aristoteles pernah mengingatkan, “lebih pantas hukum yang memerintah daripada manusia mana pun.” Dari kesadaran itu, rakyat marjinal menajamkan tiga tujuan besar: keadilan sosial, keadilan ekonomi, dan keadilan hukum.

1) Keadilan Sosial: Martabat sebagai Titik Berangkat

Keadilan sosial berarti setiap orang dihitung, bukan sekadar tercatat. Hak dasar seperti identitas, pendidikan, kesehatan, dan bantuan sosial hadir tanpa syarat silsilah. Kesetaraan akses bukan kemurahan hati penguasa, melainkan konsekuensi dari martabat warga.

- Yang diperjuangkan: tidak ada warga yang tertinggal dari layanan dasar karena miskin, berbeda, atau jauh dari pusat.

- Wajahnya dalam keseharian: antrean yang bergerak, informasi yang terbuka, keputusan yang bisa dipertanyakan.

- Nadinya: solidaritas teratur, bukan iba sesaat, agar yang lemah dapat berdiri, bukan sekadar ditolong.

2) Keadilan Ekonomi: Rezeki Tanpa Pagar Tersembunyi

Keadilan ekonomi berarti biaya hidup tidak digembungkan oleh ketidakpastian dan pagar-pagar tersembunyi yang hanya dikenali oleh mereka yang dekat kekuasaan. Pasar harus terbuka bagi usaha kecil, sementara tanah dan laut menjadi sumber nafkah yang tidak dirampas siasat.

- Yang diperjuangkan: peluang adil untuk bekerja, berusaha, dan mengakses sumber daya tanpa kartel maupun monopoli kedekatan.

- Wajahnya dalam keseharian: izin yang jelas syarat dan biayanya, pajak yang pasti ukurannya, serta harga kebutuhan yang tidak dimainkan jaringan.

Nadinya: produktivitas lahir dari kepastian aturan, bukan dari “telepon malam.”

3) Keadilan Hukum: Hukum Berdiri di Atas Nama

Keadilan hukum berarti aturan melindungi yang paling rentan, sementara proses dapat dilacak dari data hingga putusan. Hukum tidak boleh menjadi kostum yang dipakai-simpan sesuka hati.

- Yang diperjuangkan: perlakuan setara di depan hukum, jalur keberatan dan banding yang sungguh bekerja, serta akses informasi perkara untuk publik.

- Wajahnya dalam keseharian: surat menyurat yang jelas, tenggat yang dihormati, dan putusan yang dapat diperiksa dengan akal sehat publik.

- Nadinya: keberanian mengakui salah dan memperbaiki, sebab yang dicintai adalah kebenaran, bukan gengsi jabatan.

Satrisme nyata menegaskan: keadilan sosial, ekonomi, dan hukum bukan cita-cita abstrak, melainkan kebutuhan sehari-hari.

Benang Merah Satrisme

Tiga keadilan-sosial, ekonomi, dan hukum-tidak berjalan sendiri. Semuanya diikat oleh empat paku Satrisme: berpihak pada rakyat (agar arah tidak dibelokkan segelintir orang), jalur hukum (agar perubahan sah dan bertahan), keberanian jujur serta bertanggung jawab (agar koreksi menjadi kebiasaan), dan anti-kekerasan (agar perlawanan memurnikan, bukan merusak formasi).

Satrisme belajar dari barisan bebek: rotasi boleh berganti, formasi menjaga tujuan. Maka yang dijaga bukan nama besar, melainkan tertib yang adil-yang membuat hidup terasa lebih ringan di warung, di sawah, di dermaga, di aula sekolah, hingga ruang tunggu puskesmas.

Tiga Kebiasaan Baru – Mulai Hari Ini

Ada kebiasaan yang menggelapkan, ada pula kebiasaan yang menyalakan. Yang kita pilih adalah yang menyalakan: sederhana, konsisten, dan tumbuh menjadi daya yang tak mudah dibeli. Inilah gaya kita, bukan meniru siapa pun.

Pertama: Kompas Satu Kalimat.

“Kerja layak – layanan dasar – keadilan terjangkau untuk semua.”

Kalimat ini ditempatkan di posko, dinding sekretariat, hingga layar gawai. Bulan demi bulan, ia menjadi bintang penunjuk arah: harga kebutuhan pokok, waktu tunggu layanan, biaya sekolah dan obat, serta akses bantuan. Mimpi diberi angka, agar tak lagi menguap sebagai janji kosong.

Kedua: SOP Warga + Daftar Periksa.

Disusun, diuji, dipakai, direkam, lalu diunggah. Pertanyaan sederhana menjadi pagar: adakah pungli? jelaskah waktu dan biaya? ada keputusan tertulis? disediakan jalur banding? Bila meleset, kita tandai; bila benar, kita publikasikan.

Dengan begitu, petugas pun mendapat insentif berjalan di jalan terang.

Ketiga: Pusat Data Warga.

Jejak adalah ingatan yang tak mudah dimanipulasi. Karena itu, data dikumpulkan, diarsipkan, dipublikasikan, dan dibagikan: lewat papan informasi di balai, hingga folder bersama di gawai. Setiap bulan terbit catatan singkat: berapa kasus, jenis apa, bagaimana statusnya, dan rata-rata waktu penyelesaiannya. Tanpa jejak, keadilan menguap; dengan jejak, ruang gelap kehilangan napas.

Jawab Singkat bagi yang Masih Mendewakan Figur

“Figur kuat mempercepat keputusan.” Mungkin benar. Tetapi kecepatan tanpa pagar kerap berubah menjadi kebrutalan administratif.

Yang selamat hanyalah figur kuat yang tunduk pada sistem kuat. Dan sistem kuat tidak lahir dari tepuk tangan, melainkan dari kebiasaan mematuhi prosedur yang adil-hari ini, besok, dan seterusnya.

Dari Bebek ke Republik

Barisan bebek tidak menuhankan A, B, atau C. Mereka mengagungkan formasi yang menyelamatkan semuanya. Republik yang kita impikan pun demikian. Kesejahteraan dan kesentosaan bukan hadiah silsilah, melainkan buah dari sistem yang kita dirikan, kita tegakkan, dan kita jaga bersama.

Jika besok yang berada di depan bukan A, bukan B, melainkan C-dan barisan tetap tiba bersama-itulah tanda kemenangan. Bukan menang atas orang, melainkan menang atas kebiasaan buruk. Pada titik itu, Satrisme bukan lagi sekadar kata, melainkan cara berjalan.

Dan ketika anak-anak kelak bertanya, “Siapa yang menyelamatkan negeri?” jawaban kita tegas: bukan nama keluarga, melainkan barisan bernama hukum yang adil, institusi yang bekerja, dan budaya kejujuran yang tak bisa dibeli.

Mari rapatkan barisan. Kita melawan dengan formasi. Dengan kesadaran kolektif, rakyat marjinal merebut kembali kedaulatannya.


Dari Lereng Gunung Merapi, 12 September 2025
Amin Mujito
Pejuang Jalanan Yang Selalu Terkalahkan Keadaan

Komsos Koramil 02/TB Kodim 0503/JB: Perkuat Kolaborasi Tiga Pilar dan Warga Tambora

Komsos Koramil 02/TB Kodim 0503/JB: Perkuat Kolaborasi Tiga Pilar dan Warga Tambora

Kodam Jaya, Jakarta Barat – Babinsa Kelurahan Duri Utara, Koramil 02/Tambora Kodim 0503/Jakarta Barat, Serka Sadikin Yp, melaksanakan kegiatan Komunikasi Sosial (Komsos) bersama perangkat kelurahan dan tokoh masyarakat di Halaman Kelurahan Duri Utara, Kecamatan Tambora, Selasa (16/9/2025).

Kegiatan yang dimulai pukul 07.30 WIB ini dihadiri oleh Kasi Ekbang Kelurahan Duri Utara Bapak Rubi, Staf Kelurahan Bapak Fuad, serta Ketua RW 07 Bapak Subhiyanto. Suasana pertemuan berlangsung penuh kekeluargaan, aman, dan humanis.

Serka Sadikin menegaskan bahwa Komsos menjadi sarana penting dalam mempererat hubungan antara Babinsa, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, dan perangkat pemerintah. “Kami mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan. Dengan sinergi dan komunikasi yang baik bersama tiga pilar kelurahan, segala persoalan dapat diantisipasi dan diselesaikan secara musyawarah,” ungkapnya.

Sementara itu, Ketua RW 07, Bapak Subhiyanto, menyampaikan apresiasi atas kehadiran Babinsa yang aktif memberikan arahan dan masukan di tengah masyarakat. “Kami sangat berterima kasih, karena dengan adanya komunikasi bersama Babinsa dan tiga pilar, berbagai persoalan di wilayah dapat segera dicarikan solusi terbaik,” ujarnya.

Kegiatan Komsos ini menjadi wujud nyata komitmen Koramil 02/Tambora Kodim 0503/JB dalam memperkuat sinergi antara aparat kewilayahan dengan masyarakat. Harapannya, melalui kebersamaan ini, wilayah Tambora tetap aman, kondusif, dan harmonis.

(Pendim 0503/JB) 

Koramil 02/TB Kodim 0503/JB Tambora Aktif Pantau Harga Sembako di Pasar Tradisional

Koramil 02/TB Kodim 0503/JB Tambora Aktif Pantau Harga Sembako di Pasar Tradisional

Kodam Jaya, Jakarta Barat – Dalam rangka memastikan kestabilan harga kebutuhan pokok di wilayah, Babinsa Koramil 02/Tambora Kodim 0503/Jakarta Barat, Serka Sadikin Yp, melakukan pendataan harga sembako di PD Jaya Pasar Mitra, Jl. KH. Moh. Mansyur, Kelurahan Jembatan Lima, Kecamatan Tambora, Selasa (16/9/2025) pagi.

Pendataan dimulai pukul 08.50 WIB dengan mencatat perkembangan harga sejumlah komoditas utama, seperti beras, cabai, bawang, telur, minyak goreng, daging, ayam, hingga ikan segar. Dari hasil monitoring, harga kebutuhan pokok di pasar masih relatif stabil, meski ada beberapa komoditas yang terpantau mengalami kenaikan, terutama pada cabai rawit merah yang mencapai Rp 60.000/kg serta bawang merah Rp 65.000/kg.

Sementara itu, harga beras berbagai jenis berada di kisaran Rp 15.000–20.000/kg, telur ayam Rp 39.000/kg, minyak goreng curah Rp 22.000/kg, dan daging sapi segar Rp 170.000/kg.

Serka Sadikin menyampaikan, kegiatan pendataan rutin ini merupakan bagian dari tugas Babinsa untuk memantau kondisi ekonomi masyarakat. “Kami melakukan monitoring harga sembako secara berkala sebagai langkah deteksi dini terhadap kemungkinan gejolak di masyarakat akibat kenaikan harga kebutuhan pokok. Data ini juga menjadi bahan laporan bagi pimpinan untuk diambil langkah-langkah yang diperlukan,” jelasnya.

Koramil 02/Tambora menegaskan, keberadaan Babinsa di tengah masyarakat bukan hanya sebatas menjaga keamanan, tetapi juga memastikan kondisi sosial ekonomi tetap terkendali. Dengan adanya pemantauan harga sembako ini, diharapkan masyarakat dapat merasa lebih tenang dan pemerintah memiliki data akurat untuk menjaga kestabilan kebutuhan pokok.

(Pendim 0503/JB) 

Korban Dugaan Pungli PT GSI Sukabumi Datangi Pos Pengaduan KDM, Minta Oknum Ditindak Tegas

Korban Dugaan Pungli PT GSI Sukabumi Datangi Pos Pengaduan KDM, Minta Oknum Ditindak Tegas

Subang, penaxpose.comKasus dugaan pungutan liar (pungli) yang menyeret oknum terkait proses penerimaan tenaga kerja di PT GSI Kabupaten Sukabumi kembali mencuat. Seorang korban berinisial SA hari ini, Senin (15/9/2025), mendatangi Pos Pengaduan Staff KDM di Lembur Pakuan, Subang, untuk menyampaikan langsung pengalaman pahit yang dialaminya.

Dalam keterangannya, SA mengaku terpaksa merogoh biaya fantastis hanya untuk bisa bekerja di kampung halamannya sendiri. Ia menduga hal ini terjadi akibat praktik pungli yang dilakukan oleh oknum calo dan diduga juga melibatkan oknum internal perusahaan.

“Banyak warga Sukabumi yang ingin bekerja di kampung sendiri, tapi malah dipersulit. Kami terpaksa mengorbankan uang banyak hanya karena ulah oknum pungli,” ungkap SA dengan nada kecewa.

Kasus serupa disebut bukan hanya menimpa dirinya, melainkan juga dialami warga lain yang kini ramai diperbincangkan publik.

Melalui kedatangannya ke pos pengaduan KDM, SA berharap kasus pungli tenaga kerja ini segera ditindaklanjuti secara serius. “Harapan saya, setelah laporan ini, pemerintah dan pihak terkait menindak tegas oknum-oknum yang bermain, baik calo maupun oknum internal perusahaan,” tegasnya.

Pihak Pos Pengaduan KDM sendiri berjanji akan menampung seluruh aspirasi dan keluhan masyarakat untuk kemudian diteruskan kepada pihak berwenang agar persoalan pungli tenaga kerja di Kabupaten Sukabumi bisa segera diberantas. (Indra/Emy)