Jakarta Utara – Warga di 11 RT wilayah Jl. Muara Baru Alektro, Marlina, dan Koja (RT 03, 04, 05, 06, 07, 10,11, 12, 13, 14 dan 15) Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, sudah 10 hari hidup tanpa aliran air bersih dari PAM Jaya. Sejak lebih dari seminggu lalu hingga Sabtu (27/9/2025), keran-keran rumah warga benar-benar kering.
Ironisnya, hanya beberapa meter dari lokasi terdampak—tepatnya di kawasan Tembok Bolong dan Kebun Tebu—air justru mengalir lancar. Ketimpangan ini menimbulkan tanda tanya besar sekaligus amarah warga: mengapa ada diskriminasi layanan air di wilayah yang bersebelahan?
Warga Antri Panjang, Rebutan Air Tangki
Meski PAM Jaya mengirimkan bantuan air dengan mobil tangki, jumlahnya sangat jauh dari kebutuhan warga. Antrian panjang terlihat setiap kali tangki datang: mulai dari anak-anak, ibu rumah tangga, hingga lansia harus berdesakan membawa jeriken, galon, dan ember. Tak jarang, keributan pecah karena air yang terbatas harus dibagi rata sementara tiap keluarga punya kebutuhan berbeda.
“Air itu kebutuhan pokok, bukan barang mewah yang harus kami rebutkan,” keluh Joko, salah satu Ketua RT.
Dampak Sosial dan Kesehatan
Krisis air ini bukan sekadar persoalan teknis, tapi sudah mengganggu sendi kehidupan warga:
- Ibadah umat muslim terganggu, karena sulitnya berwudhu untuk shalat lima waktu.
- Aktivitas rumah tangga lumpuh, dari memasak, mencuci, hingga mandi.
- Risiko kesehatan meningkat, karena keterbatasan air bersih bisa memicu penyakit.
- Beban ekonomi bertambah, warga terpaksa membeli air dari pedagang keliling atau galon isi ulang, sementara bantuan PAM Jaya tidak mencukupi.
“Kalau begini terus, kami bisa lebih dulu sakit sebelum air kembali mengalir,” ujar Hasby, pengurus DKM masjid setempat.
Masalah Lama yang Tak Pernah Beres
Kejadian ini bukan pertama kali. Warga mengaku mati air sudah berulang kali terjadi sejak era pengelolaan swasta (Palyja) hingga kini ditangani PAM Jaya yang dikelola pemerintah. Alih-alih membaik, persoalan justru berulang, menandakan lemahnya sistem pelayanan publik.
Warga Tuntut Pemerintah dan PAM Jaya
Warga mendesak pemerintah daerah dan PAM Jaya segera:
- Mengembalikan aliran air bersih secepat mungkin.
- Memberikan suplai air tangki rutin dalam jumlah cukup hingga aliran normal kembali.
- Menjelaskan secara terbuka penyebab mati air dan langkah nyata penyelesaiannya.
“Sudah cukup kami bersabar. Kami minta pemerintah jangan tutup mata. Air itu hak dasar rakyat, bukan barang dagangan!” tegas warga dalam pernyataannya.
Krisis ini jelas bukan persoalan teknis semata, melainkan cermin buruknya manajemen pelayanan publik. Jika 11 RT di Jakarta bisa sampai 10 hari tanpa air bersih, apa yang sebenarnya sedang terjadi dengan PAM Jaya?
(Dani)
0 Comments
Posting Komentar